Kurban, Kesantunan Seorang Indra Yasin

Oleh : Zulkarnain Musada. Foto : (Sumber Google).


"Karena tempat tinggal tidak berarti sesuatu." Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer. h.336.


Sebagaimana kemerdekaan, kepercayaan publik tidak diraih melalui upacara serah terima di antara kaum aristokrat. Ia terlahir melalui gelombang debu, asap, dan api.

Keringat, air mata, dan materi ditumpahkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi pengorbanan dan pengabdian. Telah 13 tahun sudah tonggak perjuangan Indra Yasin dikibarkan. 

Indra Yasin adalah sebuah catatan serius tentang sejarah birokrat dan kematangan seorang politikus di Serambi Madinah. Indra Yasin sebagai seorang anak bangsa yang moderat, sangat dingin menjaga marwah diri dan menempatkan semua secara setara.

Ruang media sosial, terutama facebook ribut oleh berita keputusan yang tidak diduga itu. Secara mendadak ia menerima posisi sebagai Ketua Majelis Pertimbangan DPW PPP Prov. Gorontalo untuk lima tahun ke depan.

Situasi mulai di arak-arak oleh sekelompok orang yang gelisah. Diluar sana terlihat biasa-biasa saja.

Tetapi ia berdiri tegak. Ia menundukkan dirinya memberi hormat atas sikap dan pikirannya yang telah di ambil. Barangkali diluar sana ia divonis atas keputusan yang mengangetkan, seperti kejahatan yang tidak dilakukannya.

Sontak berita medsos beredar kesana-kemari, status, komentar, share membanjiri linimasa. Segala arah prediksi mulai dilayangkan, tentu saja masih sebatas sudut pandang.

Bagi sebagian orang, Indra Yasin dipandang sebagai penghalang. Bahkan ia dinilai bisa menjadi jembatan kekuasaan. Ada ambisi dan kerakusan yang menguasai lawan dan kawannya, sementara ia harus bertarung sendiri. Ia tersadar dan terus terjaga.

Meski ia berdiri sendiri, ia tetap satu sosok yang besar. Butuh puluhan taktik untuk menghadang dia yang sendirian.

Ada perbedaan makna besar antara korban dan kurban. Korban adalah situasi dalam keadaan pilihan, tersudutkan, sampai mungkin sebuah keterpaksaan. Sedangkan kurban adalah penyerahan diri terhadap kebaikan. Sebuah penghambaan. 

Dan Indra Yasin berada pada situasi keduanya. Pada fisiknya ia seorang korban. Tetapi dalam nilai spiritualnya, ia melakukan kurban.

Ia menghambakan dirinya pada mereka yang mencibirnya. Namun, bukankah tantangan adalah sebuah kehormatan? Menuju puncak perjuangan kemanusiaan.

Satu orang terkapar oleh trik politik bukanlah orang kalah. Ialah pemenangnya. Indra Yasin menang karena ia mampu menguasai dirinya untuk tetap berdiri pada aturan. Tetap menghormati sebuah proses pengabdian.

Partai juga politik untuknya bukan bukti bahwa dia kalah. Dia menang karena ia berhasil meninggalkan pesan penting yang akan dicatat sejarah: kesantunan tak pernah takut untuk sendiri.

Kita semua tanpa sadar sudah menyembelihnya. Menyembelih mimpinya. Menyembelih haknya. Menyembelih kehormatannya. 

Tetapi ia tetap tenang, menerima semua prasangka atas keputusan yang ditentukannya dan apapun yang akan datang padanya nanti.

Lalu, apa pelajaran penting yang bisa dipekikan dari sosok Indra Yasin itu adalah dedikasi, ketulusan, keinginan kuat untuk bekerja. Bukan untuk diri sendiri saja, tapi untuk banyak orang yang membutuhkan tangannya.

Jika ia semata-mata ingin berkuasa, ia hanya mengejar yang bisa membuat senang semua orang. Ia tidak begitu. Ia bukan mengejar bagaimana membuat semua orang merasa senang, tapi lebih memberikan fokus pada bagaimana meletakkan segalanya pada tempat yang benar.

Ia tentu saja sadar, kesantunan itu takkan menyenangkan bagi semua orang. Namun, ia memilih untuk tidak disenangi orang-orang sepanjang bisa menempatkan sesuatu pada tempat yang benar.

Paling tidak, ia dengan kesendiriannya masih bisa membawa pesan sangat berharga; bahwa segala yang berharga memang lebih menyita tenaga.

Dia laki-laki yang cukup percaya diri. Karena dia percaya ada Tuhan yang takkan membiarkan dia hanya bekerja sendiri. Ia menularkan cara pandang bagaimana menjadi pemberani sebenarnya.

Ia berani bukan karena berapa jumlah orang di belakangnya. Ia berani karena melihat betapa besar kesantunan yang bisa ditinggalkan dengan kesungguhannya.

Ia hanya berdiri dengan kedua kakinya sendiri, tanpa memaksa kaki siapa pun sebagai penyangga. Ia bekerja mengandalkan tangannya sendiri, dan tak ingin melelahkan tangan siapa pun.

Dan dari sembelihan itu, lahirlah jiwa-jiwa baru yang kemudian berkumpul menjadi satu tanpa terlihat dan nyata. Mereka membawa opini bahkan prinsip agar ia tetap harus menyala diatas kepentingan rakyatnya.

Memaknai kurban itu sebagai pesan spiritual. Sebuah pelajaran. Sesuatu yang luas. Jauh dari sifat material.

Jikapun ada ritual seperti penyembelihan hewan, itu lebih dari sekadar sebagai pengingat, supaya pesan itu tetap terjaga dan menjadi pelajaran bagi manusia dari masa ke masa. Dan hewan sembelihan, menjadi terhormat karenanya.

Didalam kurban, selalu lahir nilai-nilai baru. Seperti ulat yang menjadi kupu-kupu. Lebih indah bentuknya, dan lebih merdeka jiwanya.

Seperti seorang Hussain yang menyerahkan tubuhnya untuk dimutilasi oleh puluhan ribu pasukan yang mengaku mengikuti agama Muhammad, kakeknya.

Seperti seorang Mahatma Gandhi yang merelakan hidupnya ditangan orang yang seagama dengannya.

Mereka berkurban. Menyerahkan jiwanya dalam keadaan sadar untuk kebaikan. Apakah mereka mati ? Tidak. Mereka hidup di dalam hati pada setiap langkah manusia pemberani. Sampai kini.

Hari ini kita berada pada hari raya kurban. Sebuah perayaan atas kemenangan jiwa-jiwa merdeka yang menghambakan dirinya demi kebaikan manusia.

Dan saya bahkan jutaan anak-anak muda Gorontalo Utara selalu berdoa, kelak ingin berada di jalan mereka. Dengan kesantunan seorang Indra Yasin. Dengan kepasrahan seperti Gandhi. Dan keberanian seperti Hussain.

Komentar

  1. Merkur & Ferencia: Merkur & Ferencia Merkur
    Merkur https://febcasino.com/review/merit-casino/ & Ferencia merkur - Merkur & Ferencia Merkur in Solingen, septcasino.com Germany ventureberg.com/ - Merkur - sol.edu.kg Merkur Merkur - MERKUR - Merkur & casinosites.one Ferencia Merkur

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer